Sunday, March 29

Review Buku "Lembaga Budi oleh Prof. Dr. HAMKA"

Written by Buniarti at Sunday, March 29, 2020 0 comments




Judul                : Lembaga Budi
Pengarang        : Prof. Dr. HAMKA
Penerbit           : Republika
Tebal Buku      : 206 Halaman
Rating              : 4 / 5
  
"Tegak rumah karena sendi, Runtuh budi rumah binasa, sendi bangsa ialah budi, runtuh budi runtuhlah bangsa".

            Itulah syair yang ditampil kan dihalaman pembuka buku ini. Syair yang singkat namun penuh makna. Ketika membaca buku ini seolah-olah saya seperti sedang ngobrol dengan sang kakek di teras rumah sambil menyeruput teh hangat disertai kudapan sembari memperhatikan anak-anak kecil yang lalu lalang bermain.
            Buku ini berisi tentang nasihat-nasihat yang baik untuk diterapkan dalam kehidupan. Nasihat tersebut seringkali dikemas dalam bentuk cerita sehingga sangat mudah dipahami. Terselip beberapa contoh kejadian yang dapat diambil pelajarannya pada masa pemerintahan islam pada zaman dahulu.
            Buya Hamka menguraikan beberapa budi yang selayaknya dimiliki oleh seorang perkerja seperti pedagang, dokter, guru, pembela hukum, pengarang, bahkan seorang raja/pemimpin.
            Berikut saya akan paparkan sedikit nasihat yang disampaikan dalam buku ini. Pertama, yaitu tentang cara mengenali kepribadian seseorang. Dikatakan bahwa kita bisa saja berkenalan dengan beberapa orang dalam suatu pesta, namun kita belum tentu mengenal benar orang tersebut melainkan kita sudah seperjalanan dan makan bersamanya. Karena diwaktu resmi biasanya orang-orang terselubung dengan tata cara dan etiket tertentu. Tetapi jika perjalanan atau jamuan yang bersifat tidak resmi, maka pribadi sebenarnya dapat terlihat.
            Selanjutnya adalah mendengarkan filsafat orang tua tentang kelapa dengan meniru kekerasan kemauan pada kelapa. Karena apabila Tuhan telah memerintahkannya untuk hidup maka dia akan menyeruak segala halangan. Lalu, meniru kehidupan kelapa, bahwa tidak ada satu bagian dari kelapa yang tidak memberikan faedah kepada manusia. Pucuknya untuk ketupat, daun tua untuk atap, bahkan daun yang kering dapat dijadikan suluh (dibakar sebagai penerang atau senter), lidi, batang, buah tua maupun muda semua dapat digunakan. Sehingga pepatah mengatakan "kalau tua jadilah tua-tua kelapa, makin tua makin berminyak. Jangan meniru sifat pahat, walaupun tajam, jika tidak dipukul maka tidak akan berguna. Lalu tentang ikan-ikan yang hidup di laut. Meski selama hidupnya dia tinggal diair asin, namun rasanya tetap tawar. Keasinan air laut tidak dapat memperngaruhi dirinya.  

 

THIS IS WHAT WE CALL 'Miscellaneous' Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos