Judul : Lembaga Budi
Pengarang : Prof. Dr. HAMKA
Penerbit : Republika
Tebal
Buku : 206 Halaman
Rating : 4 / 5
"Tegak rumah karena sendi,
Runtuh budi rumah binasa, sendi bangsa ialah budi, runtuh budi runtuhlah
bangsa".
Itulah syair yang ditampil kan dihalaman
pembuka buku ini. Syair yang singkat namun penuh makna. Ketika membaca buku ini
seolah-olah saya seperti sedang ngobrol dengan sang kakek di teras rumah sambil
menyeruput teh hangat disertai kudapan sembari memperhatikan anak-anak kecil
yang lalu lalang bermain.
Buku ini berisi tentang
nasihat-nasihat yang baik untuk diterapkan dalam kehidupan. Nasihat tersebut
seringkali dikemas dalam bentuk cerita sehingga sangat mudah dipahami. Terselip
beberapa contoh kejadian yang dapat diambil pelajarannya pada masa pemerintahan
islam pada zaman dahulu.
Buya Hamka menguraikan beberapa budi
yang selayaknya dimiliki oleh seorang perkerja seperti pedagang, dokter, guru,
pembela hukum, pengarang, bahkan seorang raja/pemimpin.
Berikut saya akan paparkan sedikit nasihat
yang disampaikan dalam buku ini. Pertama, yaitu tentang cara mengenali kepribadian
seseorang. Dikatakan bahwa kita bisa saja berkenalan dengan beberapa orang
dalam suatu pesta, namun kita belum tentu mengenal benar orang tersebut
melainkan kita sudah seperjalanan dan makan bersamanya. Karena diwaktu resmi
biasanya orang-orang terselubung dengan tata cara dan etiket tertentu. Tetapi
jika perjalanan atau jamuan yang bersifat tidak resmi, maka pribadi sebenarnya
dapat terlihat.
Selanjutnya adalah mendengarkan
filsafat orang tua tentang kelapa dengan meniru kekerasan kemauan pada kelapa.
Karena apabila Tuhan telah memerintahkannya untuk hidup maka dia akan menyeruak
segala halangan. Lalu, meniru kehidupan kelapa, bahwa tidak ada satu bagian
dari kelapa yang tidak memberikan faedah kepada manusia. Pucuknya untuk
ketupat, daun tua untuk atap, bahkan daun yang kering dapat dijadikan suluh
(dibakar sebagai penerang atau senter), lidi, batang, buah tua maupun muda
semua dapat digunakan. Sehingga pepatah mengatakan "kalau tua jadilah
tua-tua kelapa, makin tua makin berminyak. Jangan meniru sifat pahat, walaupun
tajam, jika tidak dipukul maka tidak akan berguna. Lalu tentang ikan-ikan yang
hidup di laut. Meski selama hidupnya dia tinggal diair asin, namun rasanya
tetap tawar. Keasinan air laut tidak dapat memperngaruhi dirinya.